Senin, 30 Oktober 2017

MUSHOLLAH

  السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 

kali ini saya akan memberitahukan kepada kalian bahwa foto yg  ada didalam slide ini adalah foto yg diambil di dimusholah asyifaurrohmah pondok bahar , tangerang , yayasan yg saya huni sejak kelas vlll (8smp).


Ini adalah karya pengurus yayasan asy syifaurrohmah , yaitu bpk ace saputra , ia memang mahir dalam melukis kaligrai maupun lukisan lainnya .

 Awalnya dinding nya itu sudah lama dilukis dengan menggunakan tulisan tangan dan 
menggunakan alat2 seperti cat dan kuas , namun karna sudah terlalu lama , lambat laun pun catnya agak luntur , namun masih ada kok di atas atap mushola dan bagian luar mushola yg masih menggunakan cat , selain itu dinding2 mushola yg bergambar kaligrafi itu bukan menggunakan cat , melain kan menggunakan banner yg di cetak .

 Namun tetap ini hasil editan beliau yg menggunakan aplikasi corel draw , knpah menggunakan banner?
karna ini bertujuan agar warnanya tetap stabil (tidak luntur) dalam kurun waktu yg cukup lama
Namun menggunakan cat pun warnanya bisa bertahan lama jika cat nya yg memang bagus dan yg pasti mahal ya dan setelah pengecatan lalu di timpah oleh pernis agar terlihat lebih terang dan rapi dan juga bisa di lap menggunakan lap basah jika kotor tanpa menghapus cat tersebut , melukisnya pun lumayan lama karna butuh ketelitian dan ketenangan , agar bisa lebih semangat , bisa juga ditambahin kopi ama gorengan nya yaa hehe ..

 Namun kalau menggunakan banner tidak begitu lama , karna banner hanya di edit lalu di cetak , tapi sulit juga sih kalo yg blom bisa ngedit mah hehe , okeeee mungkin itu aja yg bisa saya ceritakan hehe , mungkin jika kalian mau rumah nya atau masjid2 nya di hias oleh seni kaligrafi ini , bisa menggunakan jasa bpk ace ini , bisa hubungin wa saya aja hehe 085747320905 , gpp ya promosi dikit




oke kalo gitu makasih ya sudah berkunjung ke blog saya , mudah mudahan kita semuah di jaga oleh ALLAH swt aamiin

وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 

Rabu, 25 Oktober 2017

KHAT

 

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

 Di bawah ini saya akan menjelaskan tentang jenis-jenis khat , sedikit pembahasan bahwa dalam bahasa Arab kaligrafi disebut dengan khat, yang berarti garis. Sejarah muncul nya seni kaligrafi yakni ketika masa pembukuan alquran. Awal nya seni kaligrafi tidak terlalu diperhatikan oleh bangsa Arab karena pada waktu nabi sendiri tidak mengajarkan ilmu ini, sedangkan orang pada zaman nabi masih menggunakan budaya menghafal.
  Setelah Rasulullah wafat, barulah mereka merasakan kebutuhan untuk menulis. Karena pada masa ini sudah banyak di antara sahabat nabi yang hafal alquran dalam peperangan. Lalu Umar bin Khattab mengusulkan agar al-quran itu dibukukan, karena khawatir alquran itu akan hilang secara perlahan. Proses pembukuan alquran baru selesai ketika masa kekhalifan Utsmani.

JENIS-JENIS KHAT


1. khat Kufi

khat kufi

QS At-taubah : 36


  Menurut catatan sejarah, khat Kufi merupakan khat yang pertama kali digunakan dengan tidak menggunakan tanda baca atau harakat pada huruf tersebut, biasa nya kita menyebut dengan istilah arab gundul. Nama Kufi diambil dari nama kota Kufah di Irak, kota yang dibangun oleh Khalifah Umar bin Al-Khattab. Ciri utama nya adalah torehannya kaku bersudut, karena mulanya memang ditorehkan dengan pisau diatas tulang, batu batu, atau pelepah kurma.


Kufi asli memiliki ciri ciri tidak bertitik, dan tidak bersyakal serta dibiarkan asli tanpa hiasan. Sedangkan Kufi yang sudah berkembang, banyak mengambil bentuk bentuk yang lebih beragam, dan banyak digunakan dalam karya karya arsitektur, untuk menghiasi masjid, makam, dan istana raja raja.


Kaligrafi Kufi kemudian berkembang menjadi sangat indah pada masa Daulah Abbasiyah, dengan memasukkan unsur unsur hiasan dan ornamen khas kedalamnya.


2. Khat Naskhi

khat naskhi
  Jenis tulisan ini muncul sekitar tahun 4 H. Ini adalah jenis kaligrafi modifikasi dari tulisan Kufi dengan bentuk yang lebih lentur. Ia muncul mengiringi marak nya penulisan alquran pada masa itu. Maka dari itu dinamakan “naskh” yang berarti “naskah”. Khat Naskhi ini memiliki karakteristik yang luwes dan jelas dibaca. Apalagi jika ditambah dengan harakat dan titik.

Penulisan Khat Naskhi tidak dalam bentuk “tarkib” (bertumpuk-tumpuk seperti hal nya tsuluts), melainkan datar mengikuti garis.


Khat Naskhi adalah salah satu jenis Khat yang paling mudah dibaca. Jenis inilah yang paling sering kita dapati ketika melihat atau membaca tulisan ayat pada mushaf Al Quran dan sering digunakan untuk menyalin teks-teks ilmiah. Karena jenis ini relatif sangat mudah dibaca dan ditulis, maka tulisan ini paling banyak digunakan oleh para muslim dan orang Arab di belahan dunia, termasuk untuk penulisan menggunakan komputer atau mesin cetak.


3. Khat Diwany



khat diwany
  Khat Diwani adalah salah satu gaya Khat yang diciptakan oleh masyarakat Turki Usmani , berkembang luas di akhir abad ke-15 yang dipelopori oleh seorang kaligrafer Ibrahim Munif dari Turki. Pada awal nya khat ini dirahasiakan oleh Daulah Usmaniyah, baru setelah penaklukan Konstantinopel oleh Muhammad Alfatih, Khat Diwany mulai dipublikasikan.

Ciri khas yang membedakan dengan kaligrafi lain nya terletak pada lengkungan yang hampir ada disetiap huruf nya. Seiring perkembangan zaman Khat Diwany terus dimodifikasi dari yang biasa aja tampil dengan tanpa ornamen kemudian tercipta lah Diwany Jaliy. Perbedaan nya terletak pada ornamen dan hiasan nya saja. Ia pertama kali dikenalkan oleh Hafiz Uthmân.


4. Khat Tsuluts

khat tsuluts

  Khat Tsuluts termasuk jenis khat yang populer, meskipun jarang digunakan untuk tulisan Al Qur’an , karena bentuknya yang indah dan dekoratif Tsuluts tetap memegang peran penting dalam dunia kaligrafi arab sebagai tulisan hias. Ia banyak dipakai untuk penulisan judul, nama atau kepala surat.


Khat Tsuluts juga banyak digunakan untuk dekorasi dinding dan berbagai media karena kelenturannya. Ia dianggap paling sulit dibandingkan gaya-gaya lain, baik dari segi kaidah ataupun proses penyusunannya yang menuntut harmoni dan seimbang.


Khat Tsuluts dibagi menjadi 2 :

   - Tsuluts Aady atau Tsuluts biasa. Ditulis menggunakan pena berukuran minimal 4mm, ditulis dengan gaya biasa, jarang dibuat menjadi bentuk-bentuk yang rumit.
   - Tsuluts jaliy ditulis dengan pena berukuran dua kali lipat tsuluts biasa, dan sering dikreasikan dalam bentuk bentuk yang rumit. Misalnya bentuk murokkab (bersusun susun), model ma’kus  atau mutanadzir (berpantulan), dan bentuk bentuk binatang.

5. Khat Riq’ah

khat riq'ah

  Yang pertama meletakkan kaidahnya adalah Musytasyar Mumtaz Bik. Seorang pengajar kaligrafi Sultan Abdul Majid Khan dan seorang raja pada Dinasty Usmani pada tahun 1280 H. Kemudian, kaidah kaidahnya dilanjutkan dan disempurnakan oleh Muhammad Izzat At-Turky.


Karakteristik Khat Riq’ah terletak pada huruf nya yang pendek, bisa ditulis dengan cepat serta ditulis tanpa harakat dan titik. Dilihat dari bentuk nya yang sederhana dan tidak memilik struktur yang rumit khat ini termasuk jenis khat yang mudah untuk dipelajari.


Biasa nya Khat Riq’ah digunakan untuk catatan tangan atau dikte. Jika di Negri Arab sana Khat Riq’ah digunakan untuk menulis judul surat kabar.


6. Khat Farisi – Nasta'liq

khat farisi (nasta'liq)
  Dinamai dengan Khat Farisi karena ia muncul dan populer di negeri Persia atau dikenal juga dengan Farsi. Disebut Khat Nastaliq karena fungsinya mirip dengan Naskhi, yaitu sebagai tulisan standar bagi buku-buku pengetahuan. Gaya ini disukai oleh orang-orang Arab dan merupakan gaya tulisan kaligrafi asli bagi orang Persia, India, dan Turki.

Seorang kaligrafer Persia Mir Ali Sultan al-Tabrizi kemudian mengembangkan gaya ini lebih halus dan variatif menjadi Nastaliq, dari katai ‘nasakh dan taliq.


Namun demikian para kaligrafer Turki dan Persia tetap menggunakan tulisan ini pada momen-momen penting. Ta’lîq dan nastaliq biasa digunakan untuk penulisan literatur dan syair-syair tentang kepahlawanan, bukan untuk penulisan Mushaf Al Qur’an.

Kaligrafi Cabang (Khat Furu’)

Selanjutnya adalah Khat Furu’, disebut furu’ karena :


    Dianggap sebagai turunan atau kreasi lanjutan dari kaligrafi asasi. Misal nya, Sikasteh dianggap sebagai turunan dari farisi. Diwani Jaly dianggap sebagai turunan dari Diwani

    Tidak banyak dikembangkan, atau tidak banyak dibuat karyanya dibanding dengan kaligrafi utama. Bahkan sebagian ada yang sudah dianggap mati.
    Tidak memerluka latihan khusus, karena latihannya mengikuti latihan khat utama. Jika khat utama sudah dikuasai maka Khat Furu’ akan gampang untuk dipelajari karena tidak jauh berbeda.
Beberapa jenis kaligrafi yang termasuk kaligrafi Furu’ menurut para khattat.

7. Kaligrafi Ijazah (Khat Raihany)

khat raihany

  Disebut juga Khat Tauqi (tanda tangan) karena fungsi untuk menandai sebuah karya, atau menulis pengakuan keahlian terhadap seorang murid dari gurunya. Khat Raihani termasuk jenis kaligrafi tua. Usianya kembali pada tulisan Yusuf As Sinjari pada tahun 200 H.


8. Huruf Taj

huruf taj

  Huruf Taj artinya huruf-huruf mahkota. Disebut begitu karena ada nya hiasan dibagian awal huruf. Awal mula tercipta nya huruf taj ini ketika keinginan raja Mesir saat itu, Raja Ahmad Fuad 1 untuk meningkatkan kualitas tulisan Naskhi dan Riq’ah dengan membuat semacam huruf kapital pada huruf di awal kalimat, dan untuk penulisan nama.


9. Khat Magribi

khat magribi

 Kaligrafi Magribi termasuk salah satu jenis tulisan yang dipakai dalam penulisan alquran di negeri islam bagian sebelah barat (Maroko, Tunisia, Aljazair, dan sekitarnya). Dilihat dari bentuk nya saja kaligrafi ini merupakan turunan dari Khat Kufi.



10. Khat Sikasteh

 Khat Sikasteh berasal dari Persia yang merupakan pengembangan dari Khat Farisi, Karena itu bentuk nya masih mirip. Sikasteh diciptakan di Iran pada masa dinasti Safawiyah sekitar abad 16 H.

11. Khat Sunbuli

khat sumbuli
  Khat Sunbuli merupakan pengembangan dari Khat Diwani. Tidak banyak orang yang tahu tentang khat ini.

12. Khat Tumar


  Tumar artinya adalah Shahifah. Sesuai dengan namanya khat ini digunakan untuk menulis shahifah-shahifah (lembaran naskah), umumnya khat ini dibuat dalam ukuran yang sangat besar. Mereka membuatnya dengan ukuran 24 bulu birdzaun (sejenis keledai). Biasa dipergunakan untuk membuat hiasan dinding, masjid, dll


oke saya kira hanya itu yg saya tahu tentang khat , namun mungkin masih bnyak lagi khat-khat yg blom saya ketahui , terimakasih sudah berkunjung ke blog saya , semoga dilimpahkan segala-galany yg kita mau aamiinn

 وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Minggu, 22 Oktober 2017

NAMA NAMA TOKOH KALIGRAFI

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 

 Oke bagi pecinta kaligrafi , di slide ini , saya akan menjelas kan tentang sejarah tokoh-tokoh kaligrafi dari berbagai belahan dunia yg berjasa dalam menciptakan khat-khat yg kita kenal sampai sekarang ini , ketelitian dan nilai seni yg mereka punya membuat mereka dapat menciptakan hasil kaligrafi yg sangat indah dipandang .

 Oleh karna itu kita patut mengacungkan jempol kita untuk para seniman kaligrafi itu , karna keindahan karya mereka yg membuat kita (pecinta kaligrafi) merasa tenang apabila terus memandang khat-khat yg mereka ciptakan .

  oke langsung saja saya akan sebutkan siapa saja tokoh-tokoh dari berbagai belahan dunia tersebut yg berhasil saya rangkum .

Ibnu Muqlah
  Kaligrafier yang lahir pada 887 M ini merupakan seorang wazir (menteri) pada masa Khilafah Abbasiyah. Kemampuan kaligrafinya ia dapatkan atas bimbingan Al-Ahwal Al-Muharrir. Karena kemahirannya dalam menulis kaligrafi, Ibnu Muqlah dikenal sebagai “Imam Al-Khaththathin” atau “Bapak para Kaligrafer.”
Salah satu keberhasilan Ibnu Muqlah dalam kaligrafi adalah dalam mengangkat gaya tulis Naskhi menjadi Khath Kufi, selain juga menekuni Khath Tsulus. Sumbangan Ibnu Muqlah dalam dunia kaligrafi bukan pada penemuan gaya melainkan dalam hal pemakaian kaidah-kaidah sistematis, terutama untuk Khath Naskhi

Ibnu Bawwab
  Merupakan putra seorang penjaga pintu istana di Baghdad yang menghafal Alquran dan menuliskanya dalam 64 eksemplar. Salah satunya ia tulis dengan gaya Raihani dan disimpan di sebuah masjid di Istambul. Dialah penemu dan pengembang gaya khath Raihani dan Muhaqqah, serta salah satu penerus gaya Naskhi yang diusung Ibnu Muqlah.

Yaqut Al-Musta’simi
  Seorang kepala perpustakaan Al-Mistan Syiriyah di Baghdad yang memiliki julukan Jamaluddin dan akrab disapa Abu Durra atau Abu Al-majid. Kaligrafer yang juga penyair ini mengembangkan metode baru penulisan huruf arab serta memelopori penulisan menggunakan bambu yang dipotong miring sebagai pena.
Yaqut dikenal melalui filsafatnya tentang kaligrafi, “Al-khaththu handasatun ruhaniyyatun dhaharat bi alatin jasmaniyyatin (Kaligrafi adalah geometri spiritual yang diekspresikan melalui alat jasmani).” Berkat kelihaiannya, gaya Khath Tsuluts berkembang menjadi bentuk ornamental yang dekoratif.

Ibnu Syekh (Syekh Hamdullah Al-Amasi)
  Merupakan salah satu maestro kaligrafi terbesar sepanjang sejarah Utsmani dan menjadi kiblat para kaligrafier-kaligrafier pada masa itu. Pada zamannya, Sultan Bayazid II (Sultan Utsmani yang memerintah pada 1481-1512 M) belajar kaligrafi padanya. Dan karya-karya yang ditinggalkannya menjadi ‘rumus’ bagi pengembangan penulisan khath selanjutnya.

Hafiz Ustman (Ustman ibnu Ali)
  Berjuluk Al-Hafiz karena telah menghafal Alquran sejak masih muda. Kepandaian kaligrafer yang menekuni gaya Khath Tsuluts dan Naskhi ini tampak dalam karyanya yang berjudul Hiliyah (sebuah deskripsi tentang Nabi Muhammad). Selain itu, ia berhasil menulis 25 mushaf Alquran yang inskripsinya tersebar di seluruh Istanbul, Turki.

Musthafa Al-Raqim
  Bakat menulisnya telah nampak sejak ia masih kecil. Ia mempelajari Khath Naskhi dan Tsuluts dari kakeknya dan menjadi penulis Kesultanan Utsmani pada masa pemerintahan Salim III. Kemudian ia diangkat sebagai Kepala Departemen Seni Lukis Kesultanan.
Selain itu, Al-Raqim juga menjadi guru Sultan Salim II dan Mahmud II. Kepandaiannya membuat seorang kaligrafer menulis tentangnya, “Ketika orang Barat bangga dengan Raphael dan Michaelangelo sebagai pelukis, kita seharusnya bangga dengan Al-Raqim sebagai kaligrafer yang jenius.”

Hamid Al-Amidi
  Kaligrafer yang menetap di Istambul sejak usia 15 tahun dan belajar tentang hukum-hukum kaligrafi dan cabang seni lainnya. Dialah penulis kaligrafi pada dinding-dinding beberapa gedung terkenal dan penting di Istambul.
Enam bulan sebelum ia wafat, Pusat Penelitian Sejarah dan Seni di Turki mengadakan pemutaran film dokumenter berjudul “Hamid Al-Khattath” atau “”Hamid Sang Kaligrafer” yang tersebar di beberapa negara termasuk Mesir. Selain menjadi inspirator bagi kaligrafer setelahnya, Hamid Al-Amidi juga pernah memberi ijazah kepada beberapa khattath ternama. Diantaranya adalah dua ijazah kepada Hasyim Muhammad Al-Baghdadi (pada 1950 dan 1952).
Hasyim Muhammad Al-Baghdadi al-Khattat

Hasyim Muhammad Al-Bagdadi
  Dilahirkan di Baghdad pada 1917, Hasyim telah mempelajari kaligrafi sejak usia remaja. Usai memperoleh gelar Diploma dari Mulla ‘Ali Al-Fadli pada tahun 1943, ia meneruskan studinya di Royal Institute of Calligraphy Kairo dan lulus pada 1944. Di tahun yang sama, ia memperoleh ijazah dari dua kaligrafer terkenal, Sayyid Ibrahim dan Muhammad Husni.
Seorang kaligrafer ternama lainnya, Hamid Al-Amidi, pada 1952 mengukuhkan Hasyim Muhammad Al-Baghdadi sebagai penulis khath terbaik di dunia Islam. Hasyim yang pernah menerbitkan buku tentang gaya penulisan Al-Riq’ah pada tahun 1946 juga dikenal sebagai penulis khath terbaik dalam gaya Tsuluts.
Tahun 1960, Hasyim dinobatkan sebagai pen-tashih kaligrafi Arab di Institute of Fine Art di Baghdad, lalu sebagai Ketua Bahgian Dekorasi Islam dan kaligrafi Arab. Ia menghembuskan nafas terakhirnya pada 1973, setahun setelah menerbitkan sebuah buku koleksi khath miliknya berjudul “Qawaidh Khatthil Araby“” (Kaidah Penulisan Khath Arab)”. Hingga kini buku tersebut merupakan kitab panduan kaligrafi Arab yang paling fenomenal dan dijadikan referensi bagi pelajar kaligrafi Arab di dunia Islam.

oke , mungkin itu saja yg saya dapat rangkum , mungkin selain dari tokoh-tokoh diatas , masih ada juga tokoh-tokoh kaligrafi yg blum saya ketahui , terima kasih sudah berkunjung di blog saya:)


 وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


SEJARAH KALIGRAFI ISLAM

  السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 

Sejarah dan perkembangan kaligrafi Islam

 oke saudaraku sebangsa dan setanah air , di artikel ini saya akan menjelas kan sedikit tentang sejarah perkembangan kaligrafi ilsam
kaligrafi berasal dari bahasa Yunani yaitu allos yang artinya indah dan graphein, yakni menulis. Jadi kaligrafi berarti seni tulisan indah. Kaligrafi Arab (khat Arab) atau yang sering dikenal dengan kaligrafi Islam, hanyalah salah satu dari sekian jenis kaligrafi di dunia. Tetapi umumnya kaum muslimin Indonesia terbiasa menyebut kaligrafi pada huruf indah Arab. Bagi bangsa Arab, tulisan pun sebetulnya bukanlah hal yang utama dalam seni. Bangsa Arab pada masa lalu lebih bangga dengan lisan yang pandai bersyair ketimbang menulis indah. Kebudayaan menulis sangat minim dilakukan. Bahkan jika suatu saat ada syair yang amat cantik, itu pun hanya akan ditulis jika akan digantungkan pada Ka’bah. Hal itu juga berlaku ketika Islam datang. Sejarah Dan Perkembangan Kaligrafi Arab Sejarah dan perkembangan kaligrafi Arab mulai populer pada masa Sahabat, yaitu pada masa pembukuan Kitab Suci Al-Qur’an.Pada awalnya, Al Quran umumnya berupa bacaan-bacaan yang disimpan dalam memori para sahabat. Kitabullah baru ditulis secara komprehensif setelah banyak hafidz yang wafat di medan pertempuran. Maka, penulisan Al Quran ini baru dimulai pada masa kekhalifahan Abu Bakar Ash Shidiq dan mulai disusun rapi pada masa khalifah Utsman bin Affan. Tak heran jika pada generasi awal Islam, kaligrafi bukan sesuatu yang diperhatikan. Meski aksara Arab diperkirakan telah muncul seabad sebelum Islam datang dan kaligrafi baru muncul pada abad kedua dan ketiga Hijriyah. Meski perkembangannya lamban, kaligrafi pun mulai mendapat tempat di hati masyarakat muslim. Philip K Hitti dalam History of the Arab mengatakan, seni kaligrafi mendapat popularotas dan tempat tersendiri dalam kesenian Islam karena tujuan awalnya untuk memperindah lafal Allah dan didukung oleh ayat Al Quran yaitu “Nun, demi kalam dan apa yang mereka tulis”, (QS. Al Qalam: 1) dan “Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam”, (QS. Al Alaq: 4). Maka, saat muncul pada abad kedua dan ketiga Hijriyah, kaligrafi langsung menjadi primadona kesenian Islam. Pada tahap berikutnya, kaligrafi sepenuhnya menjadi karya seni Islami dan membawa pengaruh pada seni lukis yang diakui banyak kalangan. Melalui karya kaligrafi, seorang muslim menyalurkan bakat seninya yang tidak bisa diekspresikan melalui representasi byek-obyek hidup. Seorang penulis kaligrafi atau kaligrafer menempati kedudukan yang terhormat dan mulia, melebihi kedudukan para penukis. Terdapat beberapa pelopor pengembangan kaligrafi Arab, diantaranya, al-Raihani (meninggal 834) yang mengembangkan kaligrafi pada masa kekhalifahan al-Ma’mun dari dinasti Abasiyah. Ia menyempurnakan gaya kaligrafi Rihan, sesuai dengan namanya. Kemudian, Ibnu Muqlah (meninggal 940), seorang menteri Abasiyah yang tangan kanannya dipotong oleh Khalifah al-Radhi. Dengan tangan kirinya, ternyata ia mampu menulis dengan indah. Terdapat pula nama Ibn al-Bawwb (diperkirakan meninggal pada 1022 atau 1032), anak seorang pegawai di majelis umum Baghdad. Ia menemukan gaya kaligrafi muhaqqaq. Lalu, pelopor terakhir yang amat masyhur, yakni Yaqut al-Mutashimi. Muncul pada periode Abasiyah, ia sangat kondang sebagai ahli kaligrafi terkemuka yang namanya diabadikan sebagi nama gaya tulisan, yakni Yaquti. “Dinilai dari karya kaligrafi Yaquti yang masih bertahan hingga kini dan sejumlah karya kaligrafi lainnya, pencapaian artistik dalam bidang kaligrafi pada periode ini bisa dianggap tinggi. Kaligrafi merupakan satu-satunya kesenian Arab yang produknya masih bertahan hingga saat ini dan bisa kita lihat di Konstantinopel, Kairo, Beirut, dan Damaskus. Karya-karya mereka menampilkan nilai keindahan dan keagungan yang lebih tinggi dibandingkan seni sebelumnya bahkan yang pernah diproduksi sepanjang masa”, kata Hitti. Lebih rinci, Habibullah Fadzoili dalam Athlasul Khat wa al-Kutub membagi enam periode perkembangan kaligrafi. Pertama, yakni era pertumbuhan dimana saat itu huruf Arab belum memiliki tanda baca atau masih gundul. Gaya kufi muncul saat periode ini. Kedua, yakni era pertumbuhan. Periode kedua baru dimulai saat kekhalifahan Bani Umayah. Saat itu, gaya sufi mulai menunjukkan perkembangan lebih indah. Gaya tsulus, naskhi, muhaqqaq, raihani, riq’l, dan tauqi’ muncul pada periode yang berlangsung hingga pertengahan kepemimpinan Dinasti Abasiyah tersebut. Ketiga, periode penyempurnaan dimana mulai muncul metode kaligrafi lengkap dengan standardisasinya. Gaya-gaya sebelumnya mulai dimodifikasi dan diberi kaidah. Keempat, yakni pengembangan kaidah dan metode pada era sebelumnya. Saat itu mulai muncul harmonisasi dua gaya dalam satu kanvas. Kemudian, periode selanjutnya, yakni masuk ke pengolahan. Pengembangan teknik lebih mendapat penekanan dalam era ini. Saat itu, ratusan gaya telah berhasil diciptakan para kaligrafer. Periode terakhir, yakni saat Dinasti Mamluk berkuasa di Mesir dan Dinasti Safawi berkuasa di Persia. Pengembangan gaya terus terjadi saat periode tersebut hingga mencapai puncak saat periode Turki Utsmani. Saat Dinasti Abasiyah runtuh akibat serangan Mongol, perkembangan kaligrafi justru semakin memuncak. Apalagi, saat itu terdapat pelopor kaligrafer ternama Yaqut. Islamnya putra Hulagu Khan, Abaga, menjadikan Dinasti Mongol menganut Islam. Saat itulah kaligrafi mengalami perkembangan di negeri Islam timur,terutama saat Mongol di bawah kepemimpinan Ghazan dan Uljaytu. “Ghazan adalah seorang muslim yang terpelajar. Ia memberikan dukungan besar terhadap seni Islam, termasuk kaligrafi dan penyalinan buku. Tradisi tersebut kemudian dilanjutkan penggantinya, Uljaytu, yang kemudian menjadi era kemajuan seni dan sastra. Uljaytu memiliki dua orang kepercayaan, yakni Rasyid al-Din dan Sa’d al-Din. Keduanyalah yang selalu melindungi para pelajar, seniman, dan kaligrafer. Pada masa Uljaytu inilah, perkembangan kaligrafi mencapai puncaknya”, demikian yang tertulis di web calligraphicworld. Pasca berakhirnya generasi Mongol pada abad ke-14, kaligrafi masih menjadi primadona dibawah kekuasaan dinasti Timurid yang dipimpin Timur Leng. Dia menciptakan gaya baru kaligrafi untuk penulisan Al Quran. Menggantikan gaya Mongol, gaya ini lebih memiliki pola megah dan geometris
 oke sepertinya hanya itu yg dapat saya rangkum tentang perkembangan sejarah kaligrafi
mohon maaf jika ada hal yg saya tidak cantumkan , dan terimakasih sudah berkunjung di blog saya ini , akhir kata... 

وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ 

TUGAS WEB PROGRAMING 1

Nama  : Bobby Sanjaya Nim      : 12160474 Kelas    : 12.6A.02 ASSALAMUALAIKUM WR.WB....    Pada psotingan kali ini saya akan menge...